Ekosistem di sekitar kita mungkin terlihat stabil, tetapi mereka terus berubah. Beberapa perubahan terjadi dengan cepat atau tiba-tiba, sedangkan yang lain terjadi sangat lambat, membuatnya sulit untuk diperhatikan. Perubahan ini dapat mengancam kelangsungan hidup organisme hidup. Apa yang menyebabkan perubahan ini dalam ekosistem?
Peristiwa alam seperti letusan gunung berapi, badai, dan curah hujan dapat mengubah ekosistem. Letusan gunung berapi dapat mengisi lembah dengan abu, badai bisa menghancurkan garis pantai, dan hujan intens dapat menyebabkan tanah longsor, mengubah bukit menjadi sungai berlumpur. Kekurangan hujan, di sisi lain, menyebabkan kekeringan. Peristiwa kosmik ini disebutkan dalam ayat-ayat ilahi sebagai pengingat bagi umat manusia. Ekosistem memerlukan waktu yang lama untuk pulih dari perubahan seperti ini.
Organisme hidup juga dapat memengaruhi ekosistem. Sebagai contoh, serangan kelompok belalang terhadap tanaman dapat menghilangkan mereka. Ketika kelompok belalang berkumpul mencari makanan, jumlah mereka dapat mencapai 50 juta belalang, mengonsumsi semua vegetasi di depan mereka, meninggalkan ekosistem tanpa makanan. Beberapa makhluk hidup dapat bermanfaat bagi ekosistem. Misalnya, pergerakan buaya menciptakan jalur dan lubang di daerah basah, cepat terisi air. Selama kekeringan, air yang tersimpan di lubang-lubang ini menyelamatkan nyawa buaya, burung, dan hewan lainnya.
Semua makhluk hidup, termasuk manusia, melakukan adaptasi, suatu karakteristik khas yang membantu mereka bertahan dan mengatasi berbagai kondisi lingkungan. Manusia telah beradaptasi dengan empat musim meskipun mempertahankan suhu tubuh yang konstan. Ini dicapai melalui pakaian yang sesuai, penggunaan perangkat pendingin dan pemanas, serta konstruksi rumah yang isolasi panas. Adaptasi manusia terhadap suhu dan tingkat kelembaban yang berbeda melibatkan peningkatan asupan oksigen melalui pernapasan dalam selama aktivitas fisik.
Manusia dapat membawa perubahan yang merugikan maupun menguntungkan bagi ekosistem. Deforestasi, kepadatan penduduk, dan polusi adalah faktor-faktor yang berkontribusi pada perubahan ekosistem.
Penebangan pohon untuk konstruksi dan manufaktur menghilangkan habitat banyak makhluk hidup di hutan, menghancurkan tempat tinggal dan sumber makanan mereka.
Seiring pertumbuhan populasi manusia, permintaan akan sumber daya seperti tanah dan air meningkat. Kerumunan di area tertentu, yang dikenal sebagai kepadatan penduduk, membuat sulit mendapatkan ruang dan air, menyebabkan persaingan antara makhluk hidup.
Gas yang dikeluarkan dari kendaraan, pabrik, dan sumber lainnya mencemari udara yang kita hirup. Polusi melibatkan penambahan zat berbahaya ke air, udara, atau tanah, termasuk pembuangan limbah. Polusi dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman dan hewan di ekosistem.
Apakah ekosistem bisa dilindungi dari kerusakan yang disebabkan oleh manusia? Ya, dengan mengurangi penggunaan mobil, menggunakan kendaraan modern dan ramah lingkungan, serta mengolah limbah untuk membuang bahan berbahaya. Menanam pohon baru, mendaur ulang kaca, kertas, dan plastik, serta mengelola konsumsi air juga berkontribusi pada melindungi ekosistem.
Bayangkan perilaku hewan ketika terjadi kebakaran, merambat melalui pepohonan dan bau asap merembes ke dalam hutan. Rusa mengangkat kepala mereka untuk menghirup udara, dan makhluk-makhluk di hutan memasuki perjuangan untuk bertahan hidup. Bagaimana tanaman dan hewan bertahan dalam keadaan seperti itu?
Tuhan memberikan beberapa makhluk hidup kemampuan untuk bertahan ketika ekosistem berubah. Mereka mungkin mengubah perilaku atau habitat mereka. Adaptasi adalah respons hewan terhadap perubahan tiba-tiba di lingkungannya. Kebakaran sering menghancurkan sumber makanan utama di hutan, memaksa beberapa hewan, seperti rusa, untuk mengubah diet mereka, mengonsumsi kulit pohon daripada daun. Yang lain mungkin menggunakan tanaman atau material baru sebagai tempat perlindungan.
Tidak semua makhluk hidup dapat beradaptasi dengan perubahan dalam ekosistem. Beberapa memilih untuk mengubah habitat mereka, mencari sumber makanan dan air baru atau tempat perlindungan yang sesuai. Terkadang, kebakaran hutan bisa bermanfaat bagi hutan dan makhluk lainnya. Dengan memaksa beberapa hewan untuk pergi, makhluk hidup yang tersisa di hutan dapat mengakses kebutuhan mereka dengan berlimpah, tanpa perlu bersaing untuk bertahan hidup.
Jika makhluk hidup gagal beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan tidak dapat memperoleh kebutuhan makanan dan tempat perlindungan mereka, mereka pun mati. Seluruh spesies dapat lenyap, menjadi punah. Ilmuwan telah mengidentifikasi banyak spesies yang hidup di Bumi jutaan tahun yang lalu melalui studi fosil yang ditemukan di batuan. Spesies tumbuhan dan hewan yang menghadapi kepunahan mungkin menjadi benar-benar punah seiring waktu tanpa perlindungan. Semenanjung Arab ditandai dengan keberagaman organisme hidup, beberapa di ant
aranya terancam punah, seperti Oryx Arab karena perburuan berlebihan, dan leopard Arab yang menghadapi ancaman punah.
Ekosistem terlihat dipengaruhi oleh berbagai perubahan, baik yang bersifat alamiah maupun akibat campur tangan manusia. Fenomena alam, seperti gunung berapi dan badai, dapat membawa perubahan yang cepat dan signifikan, sedangkan makhluk hidup juga dapat berperan dalam memodifikasi ekosistem. Aktivitas manusia, dengan dampak besar mereka pada lingkungan, dapat beradaptasi dan bahkan menyebabkan perubahan. Memperhatikan untuk melindungi ekosistem dan meningkatkan perilaku lingkungan dapat berkontribusi pada menjaga keseimbangan alam.
0 Komentar
{{ comment.user.name }}
{{ comment.created_at }}
{{ comment.comment }}
{{ reply.user.name }}
{{ reply.created_at }}
{{ reply.comment }}
Tambahkan komentar